Sidoarjo – Setelah sembilan hari penuh perjuangan tanpa henti, Operasi Pencarian dan Pertolongan (SAR) terhadap korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, resmi ditutup pada Selasa (07/10/2025).
Penutupan operasi yang berlangsung di lokasi utama kejadian itu dipimpin langsung oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, disaksikan oleh unsur Forkopimda, pejabat daerah, serta puluhan organisasi relawan yang selama ini bahu membahu di lapangan.
Apel penutupan diwarnai suasana haru. Di antara deretan petugas berseragam oranye khas Basarnas, tampak wajah-wajah lelah namun lega setelah sembilan hari berjibaku dengan puing reruntuhan bangunan Ponpes.
Sembilan Hari Operasi, Pembongkaran Reruntuhan Capai 100 Persen
Kabasarnas Mohammad Syafii menjelaskan, keputusan menutup operasi diambil setelah tidak ditemukan lagi korban baru sejak penemuan terakhir pada Senin malam (06/10) pukul 21.03 WIB.
Tim gabungan telah melakukan penyisiran ulang di seluruh sektor pencarian, menggunakan alat berat, drone termal, hingga anjing pelacak (K9). Hasilnya, semua area reruntuhan telah dibongkar dan dipastikan tidak ada tanda-tanda keberadaan korban lainnya.
“Atas dasar Undang-Undang serta pertimbangan dan masukan dari semua pihak, maka saya selaku Search Coordinator menyatakan bahwa Operasi SAR kondisi membahayakan manusia akibat bangunan runtuh Pondok Pesantren Al-Khoziny Buduran Sidoarjo resmi ditutup,”
ujar Syafii dalam sambutannya.
171 Korban Tercatat, 67 Jiwa Meninggal Dunia
Data terakhir menunjukkan, total 171 korban berhasil didata dalam operasi besar ini. Dari jumlah tersebut, 104 orang dinyatakan selamat, sementara 67 lainnya meninggal dunia, termasuk 8 body part yang ditemukan dalam proses evakuasi lanjutan.
Seluruh jenazah telah diserahkan kepada Tim DVI Polda Jawa Timur untuk proses identifikasi dan diserahkan kepada pihak keluarga.
“Kami menyampaikan duka cita mendalam kepada seluruh keluarga korban. Tim DVI bekerja maksimal agar seluruh korban dapat teridentifikasi dengan cepat dan layak,”
ungkap Syafii.
Apel Penutupan Dihadiri Unsur Pimpinan Daerah
Penutupan operasi dihadiri sejumlah pejabat penting, antara lain Sekda Jawa Timur Adhy Karyono (mewakili Gubernur Jatim), Wakil Bupati Sidoarjo Mimik Idayana, Direktur DSDD BNPB Agus Rianto, Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol. Christian Tobing, Dandim 0816/Sidoarjo Letkol Czi Shobirin Setio Utomo, Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto, Forkopimda Sidoarjo, serta perwakilan keluarga besar Pondok Pesantren Al-Khoziny.
Dalam apel tersebut, Kabasarnas turut menyerahkan piagam penghargaan dan plakat apresiasi kepada sejumlah instansi dan organisasi yang terlibat aktif dalam operasi, sebagai bentuk pengakuan atas dedikasi dan kerja sama lintas lembaga yang solid.
“Selaku Kepala Basarnas, saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh unsur tim gabungan SAR nasional yang telah bekerja tanpa kenal lelah.
Inilah wajah kemanusiaan Indonesia – gotong royong tanpa batas,” ujarnya.
Ratusan Unsur Gabungan Turun ke Lapangan
Operasi besar ini melibatkan ratusan personel dari berbagai instansi, mulai dari lembaga pemerintah, TNI–Polri, BUMN, hingga relawan independen.
Beberapa di antaranya yaitu BASARNAS, BNPB, Kantor SAR Surabaya, BSG, Kantor SAR Semarang, Kantor SAR Yogyakarta, BPBD Provinsi Jawa Timur, BPBD Kabupaten Sidoarjo, BPBD Kota Surabaya, SAR Surabaya, PMI, Damkar Sidoarjo dan Surabaya, SAR Astra, Banser, MDMC, LPBI NU, Rescue 79, Kanjuruhan Rescue, Hujung Galuh Rescue, IOF Rescue, Relindo, Nawasena, BJC, PT Freeport Indonesia, PT Bumi Suksesindo, Jasa Marga, Baznas, dan puluhan relawan lokal lainnya.
Mereka bekerja dalam sistem komando terpadu, di mana setiap sektor pencarian dibagi menjadi beberapa zona. Tim medis, dapur umum, dan pos logistik juga didirikan di sekitar lokasi untuk mendukung kelancaran operasi selama sembilan hari.
Dinamika Pencarian: Antara Harapan dan Kesedihan
Sejak hari pertama kejadian, suasana di lokasi reruntuhan pondok penuh dengan campuran antara kepanikan, doa, dan harapan.
Para relawan dan petugas bekerja siang malam, bahkan dalam kondisi hujan dan risiko struktur bangunan yang tidak stabil.
Beberapa kali, pencarian harus dihentikan sementara karena potensi ambrol susulan pada bagian dinding timur bangunan utama.
Seorang petugas SAR dari Kantor SAR Surabaya mengungkapkan, hari-hari awal operasi menjadi masa paling menegangkan.
“Kami mendengar suara ketukan dari dalam reruntuhan di hari pertama. Itu yang membuat kami terus bersemangat, meski akhirnya hasilnya tidak sesuai harapan,”
ujarnya lirih.
Sementara itu, di posko pengungsian yang berada di halaman madrasah, puluhan keluarga korban setia menunggu kabar. Setiap kali ambulans datang, mereka berdiri dengan wajah cemas, berharap nama anggota keluarga mereka termasuk dalam daftar korban yang selamat.
Refleksi dan Penanganan Pascakejadian
Penutupan operasi bukan akhir dari segalanya. Setelah fase pencarian, Basarnas bersama pemerintah daerah akan melanjutkan tahapan rehabilitasi dan evaluasi atas penyebab utama runtuhnya bangunan tersebut.
BPBD dan Dinas PU setempat juga akan meninjau ulang standar konstruksi bangunan pendidikan dan asrama santri, agar tragedi serupa tidak kembali terjadi.
Wakil Bupati Sidoarjo, Mimik Idayana, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tragedi ini menjadi pelajaran berharga.
“Kami akan memperketat pengawasan bangunan pondok pesantren di wilayah Sidoarjo. Setiap pembangunan harus sesuai standar teknis dan berizin resmi,” tegasnya.
Akhir dari Sebuah Babak, Awal dari Pemulihan
Menjelang sore, setelah apel penutupan berakhir, satu per satu tenda posko mulai dibongkar. Spanduk bertuliskan “Posko SAR Al-Khoziny” yang selama sembilan hari berdiri tegak kini diturunkan perlahan.
Para relawan saling berjabat tangan, sebagian berpelukan, menandai berakhirnya satu babak panjang pencarian penuh duka dan perjuangan.
Meski operasi resmi ditutup, semangat kemanusiaan yang lahir dari tragedi ini diyakini akan terus hidup — menjadi pengingat bahwa di tengah bencana, solidaritas adalah kekuatan terbesar bangsa. (Ron)
Editor : Kief